Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah
ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang
mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat
atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia
diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu
berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke
depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
GAMBAR
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi
seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang
khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang
Transversal; yang membagi tubuh
menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain
yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik
referensi (proximal) dan lebih jauh
ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia
dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh
manusia dibagi menjadi :
a.
Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b.
Leher
c.
Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d.
Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e.
Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian
tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu
:
a. Rongga tengkorak
Berisi
otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang
belakang
Berisi
bumbung saraf atau “spinal cord”
c. Rongga dada
Berisi
jantung dan paru
d. Rongga perut
(abdomen)
Berisi
berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian
yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan
usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus
buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi
kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia
memiliki beberapa sistem:
1.
Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a.
Menopang bagian tubuh
b.
Melindungi organ tubuh
c.
Tempat melekat otot dan
pergerakan tubuh
d.
Memberi bentuk bangunan
tubuh
2.
Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan
tubuh dapat bergerak
3.
Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4.
Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari
sampai yang tidak disadari
6.
Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap
masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7.
Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8.
Sistem Kemih (urinarius)
9.
Kulit
10.
Panca Indera
11.
Sistem Reproduksi
Saat menemukan penderita ada beberapa
hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk
mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam
suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya
kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan
seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi
korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan
penolong adalah nomor satu.
Keamanan
lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap
dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan
– pertanyaan seperti dibawah.
a.
Bagaimana
kondisi saat itu
b.
Kemungkinan
apa saja yang akan terjadi
c.
Bagaimana
mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban.
Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
Tindakan
saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya
adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong,
penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila
memungkinkan:
·
Nama
Penolong
·
Nama
Organisasi
·
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian
(mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan /
cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan
pemantauan.
6. Minta bantuan.
Sumber
Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
·
Kejadian
itu sendiri.
·
Penderita
(bila sadar).
·
Keluarga
atau saksi.
·
Mekanisme
kejadian.
·
Perubahan
bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
·
Gejala
atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Penilaian
Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah
penilaian dini
a.
Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan
apakah situasi penderita tergolong kasus
trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau
teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang
berkaitan dengan otak penderita
Terdapat
4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang
diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang
diberikan oleh penolong. Tidak membuka
mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsang
nyeri.
c.
Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke
dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas
tertutup semuanya akan gagal.
a. Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan
peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat
pada gangguan bicara.
b. Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus
mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang
dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi.
Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang
mungkin menyumbat saluran napas
d.
Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan
rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik
i.
Dada
naik dan turun secara penuh
ii.
Bernapas
mudah dan lancar
iii.
Kualitas
pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20
x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i.
Dada
tidak naik atau turun secara penuh
ii.
Terdapat
kesulitan bernapas
iii.
Cyanosis
(warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv.
Kualitas
pernapasan tidak normal
e.
Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak
ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal
dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
f.
Hubungi bantuan
Mintalah
bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus
singkat, jelas dan lengkap.
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua
keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1.
Penglihatan
(Inspection)
2.
Perabaan
(Palpation)
3.
Pendengaran
(Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci.
Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik
memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban
:
P erubahan bentuk - (Deformities)
bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open
Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan
Beberapa tanda cedera mungkin dapat
jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat dan menyimpan serius cedera
potensial.
Dengarkan penderita. Dengan
mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan memungkinkan mendapat informasi.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan
tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara
napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1.
Kepala
Ø
Kulit
Kepala dan Tengkorak
Ø
Telinga
dan Hidung
Ø
Pupil
Mata
Ø
Mulut
2.
Leher
3.
Dada
Ø
Periksa
perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
Ø
Rasakan
perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
Ø
Lakukan
perabaan pada tulang
4.
Abdomen
Ø
Periksa
rigiditas (kekerasan)
Ø
Periksa
potensial luka dan infeksi
Ø
Mungkin
terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Ø
Periksa
adanya pembengkakan
5.
Punggung
Ø
Periksa
perubahan bentuk pada tulang rusuk
Ø
Periksa
perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6.
Pelvis
7.
Alat gerak atas
8.
Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
- Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat
atau lemah, teratur atau tidak
- Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas
terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak
napas.
- Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh
KSR dasar
- Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi
penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan,
perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 - 150 x/menit
Anak : 80 - 150 x/menit
Dewasa : 60 - 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 - 50 x/ menit
Anak : 15 - 30 x/ menit
Dewasa : 12 - 20 x/ menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk
mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban
dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat
luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan
Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan
yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang
baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum
diminum.
M = Makanan/minuman
terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan
respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila
ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang
diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang
mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini,
misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang
dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini
mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya
sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau
sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil
memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan
pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5
menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
- Keadaan
respon
- Nilai
kembali jalan napas dan perbaiki
bila perlu
- Nilai
kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
- Periksa
kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu
memang tersedia.
- Nilai
kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali
dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau
membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
- Periksa
kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau
sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
- Nilai
kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada
tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah
masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang
belum terawat.
- Pertahankan
komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah untuk membuat
laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan
bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
- Umur dan jenis kelamin penderita
- Keluhan Utama
- Tingkat respon
- Keadaan jalan napas
- Pernapasan
- Sirkulasi
- Pemeriksaan Fisik yang penting
- KOMPAK yang penting
- Penatalaksanaan
- Perkembangan lainnya yang dianggap
penting
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada
petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim
bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem
pernapasan, fungsi :
Ø Mengambil oksigen
Ø Mengeluarkan CO2
Ø Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran
napas :
i.
Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b. Sistem
sirkulasi, fungsi :
Ø Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Ø Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Ø Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Ø Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem
sirkulasi, terdiri dari :
i.
Jantung
ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih,
keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe
Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan
adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya
kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi
dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak,
bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah
dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).
Tanda-tanda pasti mati :
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.
4 komponen rantai survival
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut
3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan
jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.
2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas
Ø Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
Ø Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )
2 macam cara membuka jalan napas
Ø Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma
kepala,leher, tulang belakang).
Ø Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5
detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Ø Menempatkan posisi pemulihan
Ø Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Ø Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas,
mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Ø Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya
akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai
penderita
Sumbatan jalan napas total dapat
diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Ø Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara
pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Ø Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang
dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan
pernapasan :
i.
Menggunakan mulut
penolong :
Ø mulut ke masker RJP
Ø mulut ke APD
Ø mulut ke mulut/ hidung
ii. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/
Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke
mulut ;
Ø penyebaran penyakit
Ø kontaminasi bahan kimia
Ø muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing
kelompok umur penderita.
Ø Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2
detik
Ø Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing
1-1,5 detik
Ø Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit,
masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing
1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak
bernapas
i.
Tanda pernapasan
adekuat :
Ø Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Ø Penderita tampak nyaman
Ø Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii. Tanda pernapasan kurang adekuat :
Ø Gerakan dada kurang baik
Ø Ada suara napas tambahan
Ø Kerja oto bantu napas
Ø Sianosis ( kulit kebiruan )
Ø Frekuensi napas kurang/ berlebih
Ø Perubahan status mental
iii. Tanda tidak bernapas :
Ø Tidak ada gerakan dada/ perut
Ø Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Ø Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.
Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan
sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Ø Dewasa :
4 – 5 cm
Ø Anak dan bayi :
3 – 4 cm
Ø Bayi :
1,5 – 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP
merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum
melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Ø Tidak ada respon
Ø Tidak ada napas
Ø Tidak ada nadi
Ø Alas RJP harus keras dan datar
a. 2 macam rasio pada RJP
i.
Dewasa dikenal 2 rasio
:
Ø 2 penolong : 15:2
(15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
Ø 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per
silkus
b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang
dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i. Dewasa : 2 jari diatas
pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri,
menggunakan 1 tangan.
iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting
susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )
c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik
i. Saat melakukan PJL,
suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita
cukup baik.
ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan
bantuan napas.
iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
vi. Nadi akan berdenyut kembali
d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
i. Patah tulang dada/ iga
ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
iv. Luka dan memar pada paru-paru
v. Robekan pada hati
e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i.
penderita pulih kembali
ii. penolong kelelahan
iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih
terlatih
iv. jika ada tanda pasti mati
f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya
KESALAHAN
|
AKIBAT
|
Penderita tdk
berbaring pd bidang keras
|
PJL kurang
efektif
|
Penderita
tidak horisontal
|
Bila kepala
lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang
|
Tekan dahi
angkat dagu, kurang baik
|
Jalan napas
terganggu
|
Kebocoran saat
melakukan napas buatan
|
Napas buatan
tidak efektif
|
Lubang hidung
kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan
buatan
|
Napas buatan
tidak efektif
|
Tekanan
terlalu dalam/ terlalu cepat
|
Patah tulang,
luka dalam paru-paru
|
Rasio PJL dan
napas buatan tidak baik
|
Oksigenasi
darah kurang
|
0 komentar:
Posting Komentar